BERITA PILKADA SUMENEP 2015

Senin, 13 Agustus 2012

Eskplorasi Migas Dan Khilafiyah Para Kiyai

Oleh: Ferry Arbania*
IpolJatim ; Banyak kalangan mengeluhkan adanya eskplorasi dan eksploitasi migas di kawasan bumi Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kita melihat seperti Banyak kesenjangan yang ditimbulkan dari banyaknya kepentingan yang mendominasi didalamnya.
Suasana dialogis yang dirindukan kalangan akar rumput, Mahasiswa, aktivis LSM Profesional, bahkan para pemangku jabatan di  lingkungan Pemkab maupun DPRD Sumenep, seakan sedang berlomba-lomba ingin memiliki waktu yang istimewa, lebih banyak dan intens dengan  pihak eksplortir atau perusahaan .
Begitu juga dengan segelintir masyarakat dilingkungan eksplorasi maupun eksploitasi migas di kawasan ini. Ada banyak kepentingan yang melatar belakangi berbagai penolakan dan persetujuan yang terkesan di scan sedemikian rupa.

Lobi-lobi dilakukan banyak orang, propaganda di media, kadang hanya menyesatkan kalangan masyarakat kecil, yang tengah kebingungan mencari keadilan ditengah derasnya mesin persaingan kaum kapitalis. Suatu bukti, di Desa Tanjung, situasi politik pasca pengeboran, masih terus saja membara, banyak warga menolak untuk tetap dilanjutkannya pengeboran yang dikhawatirkan berlanjut pada proses eksploitasi. Belum lagi auman keras dari Pansus RTRW DPRD yang seolah menambah cemas dan kebingungan warga.
Begitu juga dengan kelompok kiyai dan guru ngaji, sudah mulai “diterjunkan” atau sengaja ada yang meyeret mereka kedalam kubangan perbedaan yang kian memanas, menyempitkan kemampuan berpikir masyarakat kita di Madura, yang sebagian besar masih paternalistik, dengan tingkat kepatuhan pada kiyai yang masih luar biasa.
Urusan eslplorasi migas di Tanjung.Kecamatan Saronggi sampai pada sosialisasi migas di Pulau Raas yang mendapat perlawan keras dari kalangan Mahasiswa kepulauan dan kelompok mereka yang lain, seakan telah mengedor pintu pemerintah kabupaten secara lantang dan keras, untuk segera ‘menarik’ lengan perusahaan migas di kawasan ini, agar tidak melanjutkan perjalanan mereka dalam mengekploitasi kandungan migas di bumi yang mereka cintai.
Disinilah para pemimpin kita diajari berempaty dengan kecemasan rakyat kecil. Seperti disampaikan rekan-rekan aktivis mahasiswa, bumi kita sudah di eskploitasi sedemikian rupa, dikeruk kandungan migasnya, tapi kemiskinan masih melekat pada rakyat di sekitar pengeboran.
Beberapa hari lalu, sengaja saya suan kerumah KH. Jurjis Muzammil, di Pondok Pesantren Al-ishaf, Dusun Kalabaan, Desa/Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, guna membicarakan setiap inci perbedaan warga Desa Tanjung, terkait dengan eskplorasi migas, apakah tetap dilanjutkan atau dihentikan untuk selama-lamanya. Kiyai kharismatik ini tetap memilih bersama suara masyarakat Tanjung, yakni mengamini penolakan warga di kawasan tersebut, dengan pertimbangan kemanusiaan dan masa depan anak cucu mereka.
Beberapa hari kemudian, saya suan ke dhalem (kediaman) KH. Fayyad As’ad, pengasuh Pondok Pesantren Karay, Kecamatan Ganding, yang saat ini beliau menjabat sebagai ketua Dewan Syuro PKB Sumenep. Hasil diskusi kami dengan kiyai tersbut disimpulkan, jika eksplorasi migas di Desa Tanjung, sudah melalui proses istikhoro dan mohon petunjuk para ulama sepuh. Yang artinya, sebagian ulama atau kiyai meyakini, jika eskplorasi di Desa Tanjung, pada akhirnya akan membawa manfaat bagi kalangan warga.
Saya pun berpikir, teryata perbedaan pendapat yang alot antara tokoh satu dengan yang lainnya, atau kiyai satu dengan ulama lainnya, tidak hanya kita jumpai dalam bahsul masaail kitab kuning. Alias tidak saja berkutat pada perbedaan madzhab sebuah entitas syariat, melainkan dalam soal eksplorasi migaspun, suara kiyai kita di Madura, terdapat juga perbedaan atau khilafiyah migas.(*) ferry.arbania@gmail.com.
*)wartawan dan Redaktur Madura Harian Pagi Memorandum Biro Madura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info 14 Terkini